Jean Marc Gaspard Itard : "Sesuaikan pendidikan dengan individu, bukan sebaliknya."


Jean Marc Gaspard Itard & Pendidikan Luar Biasa
"Sesuaikan pendidikan dengan individu, bukan sebaliknya."

Penulis: Ayuningtyas
===


 BIOGRAFI

Sumber: Google.com

 

Jean-Marc-Gaspard Itard adalah seorang dokter dan pendidik Prancis yang lahir pada 24 April 1774 di Oraison, Prancis, dan wafat pada 5 Juli 1838 di Paris, Prancis. Ia dikenal karena pekerjaannya dalam bidang pendidikan khusus, terutama melalui eksperimen dan pendekatannya terhadap kasus Victor dari Aveyron. Berikut adalah ringkasan biografi Jean-Marc-Gaspard Itard:

1. Masa Muda dan Pendidikan: Jean-Marc-Gaspard Itard lahir dalam keluarga kelas menengah Prancis. Ia mengenyam pendidikan medis di Montpellier dan kemudian memperoleh gelar dokter.

2. Pekerjaan Medis: Setelah menyelesaikan pendidikan kedokteran, Itard bekerja sebagai dokter dan melakukan penelitian di berbagai bidang medis. Namun, ia menjadi terkenal karena kontribusinya dalam bidang pendidikan khusus.

3. Eksperimen dengan Victor dari Aveyron: Salah satu kontribusi terpenting Itard adalah eksperimennya dengan seorang anak yang ditemukan di hutan Aveyron yang kemudian dikenal sebagai Victor dari Aveyron. Victor diyakini hidup di alam liar selama beberapa tahun. Itard mencoba mendidik Victor, mengajarnya berbicara, berinteraksi dengan manusia, dan mengembangkan kemampuan sosialnya.

4. Pendekatan Terhadap Pendidikan Khusus: Hasil kerja Itard dengan Victor dianggap sebagai salah satu tonggak penting dalam perkembangan pendidikan khusus. Ia mendekati pendidikan anak-anak yang menghadapi tantangan perkembangan atau kecacatan dengan pendekatan yang lebih sistematis dan ilmiah.

5. Karya-karya Tulis: Selama hidupnya, Itard menulis beberapa publikasi, termasuk buku "Rapport sur les sauvages" (Laporan tentang Orang Liar), yang membahas eksperimennya dengan Victor dan konsep pendidikan khususnya.

Jean-Marc-Gaspard Itard memainkan peran penting dalam mengembangkan metode dan pemikiran dalam pendidikan khusus. Karyanya memengaruhi perkembangan pendidikan luar biasa dan pendidikan khusus di masa mendatang serta menggarisbawahi pentingnya pendekatan individual dan ilmiah terhadap pendidikan anak-anak dengan kebutuhan khusus.

 

 A. Pemikiran Tokoh terhadap UUD 1945

Melalui analisis ini, saya akan menjelajahi pemikiran Jean Marc Gaspard Itard dan relevan dalam konteks pendidikan nasional, serta menghubungkannya dengan prinsip-prinsip dan landasan konstitusi yang tercantum dalam UUD 1945.

Pada UUD 1945, Indonesia mengatur prinsip-prinsip dan kerangka kerja dasar untuk sistem pendidikan nasional. Berikut adalah beberapa pasal dalam UUD 1945 yang mengatur pendidikan:

1. Pasal 31 Ayat (1): "Setiap warga negara berhak mendapat pendidikan." Pasal ini menekankan hak setiap warga negara Indonesia untuk menerima pendidikan. Ini mencerminkan prinsip inklusifitas dalam Pendidikan.

2. Pasal 31 Ayat (2): "Setiap warga negara wajib mengikuti pendidikan dasar, dan pemerintah wajib membiayainya." Pasal ini menegaskan kewajiban pemerintah untuk menyediakan pendidikan dasar yang wajib diikuti oleh setiap warga negara. Hal ini mencerminkan komitmen untuk meningkatkan akses dan kualitas pendidikan dasar.

3. Pasal 31 Ayat (3): "Setiap warga negara berhak mendapat pendidikan dan pemerintah wajib menjamin ketersediaan dan pemerataan kesempatan pendidikan." Pasal ini menegaskan bahwa pemerintah wajib memastikan bahwa pendidikan tersedia secara merata untuk seluruh warga negara.

4. Pasal 31 Ayat (4): "Pendidikan tinggi berdasar atas kemandirian, dan untuk meningkatkan ilmu pengetahuan dan teknologi." Pasal ini menekankan pentingnya pendidikan tinggi yang mandiri dan berfokus pada pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

5. Pasal 32 Ayat (1): "Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan sistem pendidikan nasional yang berkeadilan dan bermutu." Pasal ini menunjukkan tujuan pemerintah untuk menyelenggarakan sistem pendidikan yang adil dan berkualitas.

UUD 1945 membentuk dasar hukum untuk pengembangan dan penyelenggaraan pendidikan di Indonesia. Prinsip-prinsip dalam UUD ini mencakup akses pendidikan yang merata, pendidikan dasar yang wajib, dan pendidikan tinggi yang berfokus pada pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Pemerintah Indonesia harus mematuhi dan memastikan implementasi prinsip-prinsip ini dalam sistem pendidikan nasional.

Pada Pasal 31 UUD 1945 tentang Hak Pendidikan, Pasal ini menekankan hak setiap warga negara Indonesia untuk mendapatkan pendidikan. Jean-Marc-Gaspard Itard, melalui eksperimennya dengan Victor dari Aveyron, juga berusaha untuk memberikan hak pendidikan pada seorang individu yang menghadapi tantangan perkembangan. Itard mengakui hak anak seperti Victor untuk menerima pendidikan meskipun dalam situasi yang sulit.

Pada Pasal 32 UUD 1945 tentang Sistem Pendidikan yang Berkeadilan dan Bermutu, Pasal ini menekankan komitmen pemerintah untuk menyelenggarakan sistem pendidikan yang berkeadilan dan bermutu. Itard dalam eksperimennya dengan Victor dari Aveyron juga mencerminkan komitmen untuk memberikan pendidikan yang berkualitas dan adil. Ia mengembangkan pendekatan ilmiah dan individualistik yang bertujuan untuk membantu anak tersebut mengatasi tantangan perkembangan yang dihadapinya.

Konsep hak pendidikan dan komitmen pemerintah untuk sistem pendidikan yang adil dan berkualitas dalam UUD 1945 adalah prinsip-prinsip dasar yang berlaku untuk semua warga negara Indonesia. Pemikiran dan tindakan Jean-Marc-Gaspard Itard dalam kasus Victor dari Aveyron mengilustrasikan bagaimana prinsip-prinsip tersebut dapat diaplikasikan dalam konteks pendidikan individu yang menghadapi tantangan perkembangan. Itard memberikan bukti bahwa hak pendidikan tidak hanya bersifat universal, tetapi juga inklusif, dan bahwa pendidikan yang berkeadilan dan berkualitas adalah hak setiap individu, terlepas dari situasi unik mereka.

 

B. Pemikiran Tokoh terhadap Sistem Pendidikan Nasional

Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) merupakan kerangka kerja pendidikan nasional Indonesia. Ini mencakup berbagai kebijakan, peraturan, dan pedoman yang mengatur sistem pendidikan di seluruh Indonesia. Sisdiknas dirancang untuk memberikan arah strategis dalam pengembangan pendidikan dan mengintegrasikan berbagai komponen pendidikan, termasuk kurikulum, penilaian, pengelolaan sekolah, dan pengembangan sumber daya manusia dalam sistem pendidikan.

Sisdiknas mencakup sejumlah elemen penting, termasuk:

1. Kurikulum. Menentukan kurikulum nasional yang mencakup mata pelajaran dan kompetensi yang harus diajarkan di seluruh sekolah di Indonesia.

2. Penilaian. Mengatur metode penilaian dan evaluasi yang digunakan untuk mengukur pencapaian siswa.

3. Pengelolaan Sekolah. Mendefinisikan tata kelola sekolah dan peran pemerintah, guru, dan orang tua dalam manajemen sekolah.

4. Pengembangan Guru. Merancang program pelatihan dan pengembangan guru untuk memastikan kualitas pengajaran.

5. Pendidikan Inklusif. Memastikan bahwa sistem pendidikan mengakomodasi kebutuhan semua siswa, termasuk mereka yang memiliki kebutuhan khusus.

6. Kelembagaan Pendidikan. Mendefinisikan berbagai lembaga pendidikan, seperti sekolah, perguruan tinggi, dan universitas.

Sisdiknas bertujuan untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia dan memastikan bahwa setiap warga negara memiliki akses yang sama ke pendidikan berkualitas. Ini adalah kerangka kerja penting dalam pengembangan sistem pendidikan nasional Indonesia.

Lalu bagaimana Sistem Pendidikan Nasional dengan Pendidikan Luar Biasa yang dikembangkan oleh Jean Marc Gaspard Itard?

1. Pendekatan Individualisasi. Itard, dalam eksperimennya dengan Victor dari Aveyron, menerapkan pendekatan yang sangat individual dan berorientasi pada kebutuhan spesifik anak tersebut. Prinsip individualisasi ini mencerminkan pendekatan yang semakin ditekankan dalam pendidikan inklusif di Indonesia. Sistem pendidikan nasional di Indonesia telah berusaha untuk mengakomodasi kebutuhan individu, termasuk mereka yang memiliki kebutuhan khusus, dengan pendekatan yang lebih individual dan personal.

2. Inklusi. Prinsip inklusi dalam pendidikan luar biasa, yaitu upaya untuk mengintegrasikan siswa dengan kebutuhan khusus ke dalam lingkungan pendidikan biasa, adalah konsep yang semakin mendominasi sistem pendidikan nasional di Indonesia. Inklusi mencerminkan semangat bahwa semua siswa memiliki hak yang sama untuk mendapatkan pendidikan yang berkualitas.

3. Peran Guru dan Staf Ahli. Dalam eksperimen Itard, peran guru dan staf ahli sangat penting dalam membantu anak dengan tantangan perkembangan. Sistem pendidikan nasional di Indonesia juga menekankan pentingnya pelatihan khusus dan peran guru dan staf ahli yang berkualifikasi dalam mendukung siswa dengan kebutuhan khusus.

4. Evaluasi dan Perbaikan. Sistem pendidikan nasional di Indonesia secara rutin melakukan evaluasi dan perbaikan terhadap program pendidikan inklusif dan pendidikan luar biasa. Tujuannya adalah memastikan bahwa program-program ini efektif dalam memenuhi kebutuhan siswa dengan kebutuhan khusus.

5. Pengembangan Bahasa. Seperti yang ditekankan oleh Itard, pengembangan bahasa adalah elemen penting dalam pendidikan luar biasa. Bahasa adalah sarana utama komunikasi dan interaksi sosial. Sistem pendidikan nasional di Indonesia juga mengutamakan pengembangan bahasa dan komunikasi untuk siswa dengan kebutuhan khusus.

6. Hak Pendidikan. Prinsip dasar yang mencakup hak setiap individu untuk menerima pendidikan, seperti yang tercantum dalam UUD 1945, memiliki relevansi dalam pendidikan luar biasa. Pendekatan Itard untuk mendidik Victor dari Aveyron mencerminkan komitmen untuk memberikan pendidikan kepada semua individu, termasuk mereka yang memiliki tantangan perkembangan.

Pada intinya, eksperimen dan pemikiran Jean-Marc-Gaspard Itard menggambarkan prinsip-prinsip dasar yang relevan dalam konteks pendidikan luar biasa dan inklusi di Indonesia. Prinsip-prinsip tersebut, seperti pendekatan individualisasi, inklusi, dan hak pendidikan, sejalan dengan perkembangan dalam sistem pendidikan nasional Indonesia.

 

C. Pemikiran Tokoh terhadap Merdeka belajar

Merdeka belajar adalah konsep yang diusulkan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia sebagai bagian dari upaya reformasi pendidikan di Indonesia. Konsep ini bertujuan untuk menghadirkan pendidikan yang lebih berorientasi pada peserta didik, memberikan lebih banyak kebebasan dan fleksibilitas dalam proses pembelajaran, serta mendorong kreativitas dan inovasi dalam pendidikan.

Konsep Merdeka belajar mengenalkan model pendidikan yang dapat disesuaikan dengan kebutuhan dan minat peserta didik. Ini bertujuan untuk menghindari pendekatan satu ukuran untuk semua dan memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengikuti jalur pendidikan sesuai dengan minat mereka.

Dalam kerangka "Merdeka belajar," ditekankan pentingnya pengembangan dan pelatihan guru. Guru diharapkan memiliki keterampilan yang lebih baik dalam mendukung pendekatan individualisasi dalam pembelajaran siswa. Penggunaan teknologi dalam pendidikan, seperti platform pembelajaran online, juga menjadi bagian penting dari Merdeka belajar untuk memfasilitasi pembelajaran yang lebih fleksibel.

Pengembangan Kreativitas dalam Merdeka belajar bertujuan untuk membuka ruang bagi siswa untuk mengeksplorasi minat dan bakat mereka, serta mendorong kreativitas dan inovasi dalam proses belajar-mengajar. Merdeka belajar juga memasukkan evaluasi yang berkelanjutan, yang tidak hanya berfokus pada penilaian akademik, tetapi juga pada perkembangan holistik siswa. Tak lupa juga dalam Merdeka belajar melibatkan peran aktif orang tua dalam mendukung pendidikan anak-anak mereka dan mengikuti perkembangan mereka.

Merdeka belajar merupakan inisiatif yang bertujuan untuk mengubah paradigma pendidikan di Indonesia menjadi lebih inklusif, adaptif, dan berpusat pada peserta didik. Melalui pendekatan ini, pemerintah berharap dapat memajukan pendidikan yang lebih sesuai dengan perkembangan zaman dan kebutuhan siswa di abad ke-21.

Pendekatan Merdeka belajar yang diimplementasikan di Indonesia mencakup pendidikan luar biasa sebagai salah satu aspek penting. Dalam konteks Merdeka belajar, pendidikan luar biasa dapat diintegrasikan dengan prinsip-prinsipnya sebagai berikut:

1. Inklusi. Salah satu prinsip utama Merdeka belajar adalah inklusi, yaitu mencoba mengintegrasikan siswa dengan kebutuhan khusus ke dalam lingkungan pendidikan biasa. Hal ini mencerminkan komitmen untuk memberikan pendidikan yang setara bagi semua siswa, termasuk mereka yang memiliki kebutuhan khusus.

2. Individualisasi. Pendekatan individualisasi yang merupakan ciri Merdeka belajar dapat diterapkan dengan baik dalam pendidikan luar biasa. Dalam hal ini, pendidikan dapat disesuaikan dengan kebutuhan, minat, dan tingkat perkembangan individu siswa luar biasa. Guru dan spesialis pendidikan bekerja sama untuk merancang rencana pembelajaran yang memenuhi kebutuhan masing-masing siswa.

3. Peran Guru. Prinsip Merdeka belajar juga mengakui pentingnya peran guru sebagai fasilitator pembelajaran yang mendukung siswa dalam mengelola pembelajaran mereka sendiri. Dalam konteks pendidikan luar biasa, guru memiliki peran yang sangat penting dalam mendukung siswa dengan kebutuhan khusus dan membantu mereka mencapai potensi mereka.

4. Evaluasi yang Berkelanjutan. Prinsip evaluasi yang berkelanjutan dalam Merdeka belajar mencakup penilaian tidak hanya terhadap pencapaian akademik, tetapi juga perkembangan holistik siswa. Dalam pendidikan luar biasa, evaluasi yang berkelanjutan dapat memantau perkembangan siswa termasuk dalam aspek sosial, emosional, dan keterampilan yang diperlukan.

5. Pengembangan Kreativitas. Merdeka belajar mendorong pengembangan kreativitas dan inovasi. Prinsip ini juga relevan dalam pendidikan luar biasa, di mana kreativitas dapat memainkan peran penting dalam mengatasi tantangan perkembangan dan dalam mengembangkan keterampilan.

Kaitan dengan Jean-Marc-Gaspard Itard, pemikiran dan tindakannya dalam mendidik Victor dari Aveyron mencerminkan pendekatan individualisasi yang juga ditekankan dalam "Merdeka belajar." Itard mengakui bahwa setiap individu memiliki kebutuhan dan potensi yang unik, dan ini sangat relevan dengan pendekatan pendidikan yang berorientasi pada peserta didik yang merdeka dalam memutuskan jalur dan tujuan pendidikan mereka sendiri.

Dalam konteks Merdeka belajar di Indonesia, pendidikan luar biasa diintegrasikan dengan prinsip-prinsip pendekatan ini untuk memastikan bahwa siswa dengan kebutuhan khusus memiliki akses yang setara ke pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan dan potensi mereka. Pendekatan ini membantu menciptakan lingkungan pendidikan yang inklusif dan mendukung perkembangan siswa yang beragam.

 

D. Isu-isu Terkini tentang Pendidikan Luar Biasa

Isu-isu terkini tentang pendidikan luar biasa mencakup sejumlah permasalahan dan perkembangan yang memengaruhi pendidikan anak-anak dan individu dengan kebutuhan khusus. Beberapa isu terkini tersebut termasuk:

1. Inklusi dan Akses. Salah satu isu utama adalah sejauh mana pendidikan inklusif telah diimplementasikan dan diakses oleh anak-anak dengan kebutuhan khusus. Isu ini mencakup aksesibilitas fisik ke fasilitas pendidikan, penerimaan siswa dengan kebutuhan khusus di sekolah umum, dan pendanaan yang memadai untuk mendukung inklusi.

2. Pelatihan Guru. Kualifikasi dan pelatihan guru yang mampu mendukung siswa dengan kebutuhan khusus menjadi perhatian. Isu ini melibatkan pengembangan kurikulum pelatihan yang sesuai dan pengintegrasian pendekatan inklusif dalam pendidikan guru.

3. Teknologi dan Pendidikan Jarak Jauh. Penggunaan teknologi dalam pendidikan luar biasa, terutama selama masa pandemi COVID-19, telah menjadi isu kunci. Perlu memastikan bahwa siswa dengan kebutuhan khusus memiliki akses ke perangkat dan platform pembelajaran yang sesuai.

4. Pengembangan Kurikulum Khusus. Pengembangan kurikulum yang sesuai dengan kebutuhan siswa luar biasa menjadi isu yang relevan. Kurikulum ini harus memperhitungkan kebutuhan khusus siswa, termasuk yang memiliki gangguan perkembangan atau kecacatan.

5. Pentingnya Dukungan Orang Tua. Keterlibatan dan dukungan orang tua sangat penting dalam pendidikan luar biasa. Isu-isu termasuk bagaimana melibatkan orang tua dalam proses pembelajaran dan mendukung kebutuhan anak-anak mereka.

6. Evaluasi yang Berkelanjutan. Evaluasi perkembangan siswa dengan kebutuhan khusus memerlukan perhatian khusus. Perlu dikembangkan metode evaluasi yang relevan dan berkelanjutan yang mengukur kemajuan siswa dalam aspek akademik dan keterampilan lainnya.

7. Kesejahteraan Psikososial. Kesejahteraan psikososial siswa dengan kebutuhan khusus adalah isu penting. Isu-isu seperti dukungan emosional dan perkembangan sosial juga menjadi perhatian dalam pendidikan luar biasa.

8. Kebijakan dan Regulasi. Perubahan kebijakan dan regulasi di tingkat pemerintah juga memengaruhi pendidikan luar biasa. Perlu memantau perkembangan ini dan memastikan kebijakan yang mendukung inklusi dan aksesibilitas.

Isu-isu ini mencerminkan upaya untuk memastikan bahwa pendidikan luar biasa diakui, diakses, dan dilaksanakan dengan cara yang sesuai dengan kebutuhan dan hak individu dengan kebutuhan khusus. Keterlibatan dan kolaborasi antara berbagai pemangku kepentingan, termasuk pemerintah, lembaga pendidikan, guru, orang tua, dan kelompok advokasi adalah kunci dalam mengatasi isu-isu ini.

Pemikiran Jean-Marc-Gaspard Itard tentang pendidikan luar biasa memiliki relevansi yang signifikan dengan isu-isu yang terjadi dalam pendidikan luar biasa saat ini. Meskipun pemikirannya dikembangkan pada abad ke-18, banyak prinsip yang ia terapkan dalam pendidikan anak-anak yang memiliki tantangan perkembangan atau kecacatan masih memiliki relevansi. Berikut adalah beberapa cara bagaimana pemikiran Itard dapat menjawab isu-isu terkini dalam pendidikan luar biasa, seperti:

1. Pendekatan Individualisasi. Itard mempraktikkan pendekatan yang sangat individualis dalam mendidik Victor dari Aveyron. Pendekatan ini mengakui bahwa setiap anak dengan kebutuhan khusus adalah individu yang unik. Prinsip ini relevan dalam menangani berbagai jenis kebutuhan khusus yang ada saat ini, dengan mengakui bahwa setiap siswa perlu pendekatan yang disesuaikan dengan kebutuhan, minat, dan kemampuan mereka.

2. Pentingnya Komunikasi dan Bahasa. Itard sangat berfokus pada pengembangan bahasa dan komunikasi pada Victor. Isu-isu terkini dalam pendidikan luar biasa sering kali berkaitan dengan pengembangan komunikasi pada siswa. Pengembangan bahasa dan komunikasi adalah kunci untuk membantu siswa berinteraksi dengan dunia di sekitarnya.

3. Keterlibatan Guru dan Dukungan Staf. Itard menunjukkan betapa pentingnya peran guru dan staf ahli dalam pendidikan anak-anak dengan kebutuhan khusus. Hal ini relevan dengan isu-isu terkini, di mana pelatihan dan dukungan guru yang berkualifikasi dianggap penting dalam memberikan pendidikan yang efektif.

4. Pendekatan Ilmiah dan Evaluasi. Itard mengadopsi pendekatan ilmiah dalam eksperimennya dan terus melakukan evaluasi terhadap perkembangan Victor. Prinsip evaluasi yang berkelanjutan adalah relevan dalam mengukur kemajuan siswa dengan kebutuhan khusus dalam konteks pendidikan luar biasa saat ini.

5. Pendekatan Holistik. Itard mengakui perlunya pendekatan holistik dalam mendidik anak. Ini mencakup perkembangan fisik, kognitif, emosional, dan sosial. Pendekatan holistik juga menjadi isu penting dalam pendidikan luar biasa saat ini.

6. Pemberian Hak Pendidikan. Itard memastikan bahwa Victor, meskipun menghadapi tantangan perkembangan, memiliki hak pendidikan. Pemikiran ini mencerminkan hak setiap individu untuk mendapatkan pendidikan, yang menjadi isu utama dalam pendidikan luar biasa saat ini.

Meskipun pemikiran Itard dikembangkan pada masa yang berbeda, prinsip-prinsip yang ia terapkan dalam pendidikan Victor dari Aveyron masih memiliki relevansi dalam menghadapi isu-isu terkini dalam pendidikan luar biasa. Pendekatan individualisasi, fokus pada komunikasi dan bahasa, keterlibatan guru dan staf, pendekatan ilmiah, evaluasi berkelanjutan, pendekatan holistik, dan pemberian hak pendidikan adalah prinsip-prinsip yang dapat memberikan panduan dalam mengatasi berbagai tantangan dalam pendidikan luar biasa saat ini.

E. Kesimpulan

Jean-Marc-Gaspard Itard, melalui pemikirannya tentang pendidikan anak-anak dengan tantangan perkembangan, menekankan pentingnya pendekatan individualisasi, pengembangan bahasa, dan peran guru dalam mendukung perkembangan individu. Ini relevan dengan prinsip-prinsip dalam UUD 1945, Sisdiknas, dan konsep "Merdeka Belajar" yang saat ini diterapkan di Indonesia. Semua prinsip ini menekankan hak setiap individu untuk mendapatkan pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan mereka. Namun, di tengah isu-isu terkini tentang pendidikan luar biasa, inklusi, pelatihan guru, pengembangan kurikulum khusus, penggunaan teknologi, evaluasi yang berkelanjutan, kesejahteraan psikososial, dan kebijakan dan regulasi menjadi perhatian utama dalam upaya menciptakan sistem pendidikan yang lebih inklusif dan mendukung perkembangan anak-anak dengan kebutuhan khusus.

Komentar

Postingan Populer