PERILAKU KONSUMEN

PERILAKU KONSUMEN

  1. Perilaku Konsumen

Penilaian seseorang terhadap suatu barang akan memengaruhi pola perilakunya dalam berkonsumsi. Konsumsi adalah kegiatan menghabiskan atau mengurangi nilai suatu barang ataupun jasa untuk memenuhi kebutuhan. Konsumsi bukan hanya berarti makan dan minum, tetapi juga menyangkut berbagai kegiatan lain yang berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan hidup. Orang yang melakukan kegiatan konsumsi adalah konsumen.

Perilaku konsumen adalah studi bagaimana individu, kelompok, dan organisasi memilih, membeli, menggunakan dan menempatkan barang, jasa, ide atau pengalaman untuk memuaskan keinginan dan kebutuhan mereka.

Faktor – Faktor yang memengaruhi perilaku pembelian konsumen Menurut Kotler (2003:202) adalah sebagai berikut.

1)      Faktor Budaya

Faktor budaya mempunyai pengaruh paling meluas dan mendalam terhadap perilaku konsumen. Pemasar harus memahami peran yanag dimainkan oleh kultur, sub-kultur dan kelas sosial pembeli.

2)      Faktor Sosial

Perilaku seorang konsumen yasng dipengaruhi oleh faktor-faktor sosial seperti perilaku kelompok acuan, keluarga, serta peran dan status sosial konsumen.

3)      Faktor Pribadi

Keputusan pribadi meliputi usia pembeli dan tahap siklus hidup pembeli, pekerjaan, kondisi ekonomi. Gaya hidup, serta kepribadian dam kondisi ekonomi, gaya hidup, serta kepribadian dan konsep diri pembeli.

4)      Faktor Psikologis

Pilihan pembelian seseorang dipengaruhi pula oleh empat faktor psikologis utama, yaitu motivasi, persepsi, pengetahuan serta keyakinan dan sikap.

Untuk memenuhi kebutuhannya, konsumen harus menentukan pengalokasian sumber daya ekonominya. Tujuannya adalah untuk mendapatkan nilai kegunaan atau utility yang maksimal dan mengatasi  terjadinya pemborosan. Untuk mendapatkan nilai kegunaan yang maksimal diperlukan teori untuk menghitungnya yaitu teori kardinal dan ordinal.

1)      Teori Kardinal

Menurut teori ini, kenikmatan yang diperoleh seorang konsumen dapat diukur dan dinyatakan secara kuantitatif. Semakin besar jumlah barang yang dikonsumsi, semakin besar pula tingkat kepuasan konsumen. Konsumen yang rasional akan berusaha memaksimumkan kepuasannya dengan pendapatan yang dimilikinya. Teori ini dikembangkan oleh Herman Heinrich Gossen. Gossen membagi bahasan utilitas menjadi dua, yaitu total utility dan marginal utility.

Total utility adalah jumlah total utilitas yang didapatkan oleh konsumen saat mengonsumsi barang maupun jasa.

Marginal utility adalah utilitas tambahan yang didapatkan konsumen untuk setiap tambahan barang maupun jasa yang dikonsumsi.

Teori ini menggunakan kurva total utility dan marginal utility.

-          Hukum Gossen I

“Jika suatu barang yang dikonsumsi dalam jangka waktu tertentu terus ditambah, maka kepuasan total yang diperoleh juga bertambah, tetapi kepuasan marginal (tambahan kepuasan yang diperoleh jika dikonsumsi ditambah dengan satu unit) pada titik tertentu akan semakin berkurang. Bahkan jika konsumsi terus dilakukan, pada akhirnya tambahan kepuasan yang diperoleh akan menjadi negatif dan kepuasan akan semakin berkurang.”

Contoh:

Misalnya, Rudi ingin membeli baju. Harga baju per potong Rp25.000,00. Berapa buah baju yang akan dikonsumsinya? Nah, untuk menjawabnya, Anda harus mengetahui dahulu nilai baju itu bagi Rudi yang diasumsikan setara dengan rupiah. Berikut ini contoh pola konsumsi Rudi.

Bagi Rudi, baju pertama mempunyai nilai kegunaan jauh lebih besar dibanding biaya yang harus dikeluarkan. Hanya dengan Rp25.000,00 diperoleh kegunaan 50.000 util. Bila dia menambah konsumsi bajunya, maka baju yang kedua memberi tambahan kepuasan (MU) lebih besar dari yang pertama, yaitu 75.000 util, berarti kepuasan total (TU) menjadi 125.000 util.

Pada saat ia menambah konsumsi baju menjadi tiga, maka TU menjadi 185.000 util dan MU 60.000 util. Meskipun telah terjadi penurunan MU (hukum pertambahan manfaat yang makin menurun telah terjadi), tetap lebih menguntungkan. Jika Rudi terus menambah konsumsi bajunya, maka setelah baju kelima penambahan konsumsi tidak menambah TU, bahkan dapat menurunkan TU karena MU sudah <0 (negatif).

MU = P

MU= Marginal Utility

P = Price/Harga

 

-          Hukum Gossen II

“Hukum Gossen II merupakan penyempurnaan dari hukum gosen I. Konsumen akan melakukan konsumsi sedimikian rupa sehingga nilai guna marjinal setiap barang dan jasa yang dikonsumsi akan sama.”

Apabila suatu barang memberikan utilitas per rupiah yang lebih tinggi lebih baik konsumen mengalihkan rencana belanja untuk barang lain ke barang tersebut sampai pada suatu titik di mana hukum utilitas yang semakin menurun menyebabkan utilitas marginal per rupiah dengan barang lainnya.

Apabila suatu barang kurang memberikan utilitas marginal per rupiah dibandingkan dengan keadaan umumnya, maka konsumen akan membeli lebih sedikit barang itu sampai utilitas marginal dari rupiah terakhir yang dibelanjakan atas barang tersebut telah menyamai kembali keadaan umum.

MUbarang1 = MUbarang2

P1                             P2

2)      Teori Ordinal

Dalam teori pendekatan ordinal utilitas diurutkan sesuai dengan tingkatan kebutuhannya dan kesenangan akan suatu produk tertentu. Pendekatan ordinal membuat peringkat atau urutan-urutan kombinasi barang yang dikonsumsi. Dalam teori pendekatan ordinal, kurva yang digunakan adalah kurva indiferen. Kurva indiferen adalah kurva yang menggambarkan berbagai kombinasi barang yang dikonsumsi konsumen dengan manfaat dan kepuasan yang sama.

Misalnya, ananda menyukai dua minuman, yaitu teh dan susu. Ananda memiliki beberapa pilihan saat mengonsumsi dua buah minuman tersebut sesuai dengan suasana hatinya.

 

Teh (gelas)

Susu (gelas)

Titik kepuasan

8

2

A

6

4

B

4

6

C

2

8

D

Komentar

Postingan Populer